Kamis, 29 Juli 2010

aku pinjam Tuhan, ibu...


Sabtu, 16 September 2006 @ 15.45 WIB

Ibu pemuja Tuhan.
Ibu tidak pernah mengijinkan seorang pun untuk menghina Tuhan.
Ibu membela Tuhan seolah-olah sudah pernah bertemu denganNya. Aku tertawa. Bodohnya ibu. Ibu membela sesuatu yang belum pernah dia temui. Aku katakan pada ibu bahwa mungkin saja Tuhan tidak ada.
Ibu menangis.
"Aku bisa merasakan Tuhan," itu katanya.
Aku tertawa semakin kencang. Kasihan ibu. Ibu merasakan sesuatu yang belum tentu ada.
"Aku tau Tuhan ada!" ibu berteriak.
"Buktikan!!" aku ikut berteriak.

"Tuhan yang menciptakanmu,"
"Baiklah... Tapi di mana Tuhan?"
"Tuhan ada di langit agar bisa mengawasimu,"
"Baiklah... seandainya Tuhan ada di langit, mengapa Dia tidak mau turun?"
"Karena Tuhan akan menemuimu ketika waktunya tiba,"
"SALAH! Tuhan tidak mau turun karena dia pengecut!"

Ibu menangis. Dalam tangisnya aku bisa mendengar ibu berbicara.
Ibu berbicara kepada Tuhan.
Kasihan ibu...

Aku memuja Mika.
Mika adalah pacarku.
Itu lebih masuk akal daripada memuja Tuhan.
Mika benar-benar ada. Bisa aku temui kapanpun. Mika tidak pengecut.
Dia ada disampingku. Bukan bersembunyi di langit seperti Tuhan.

Mika tidak hati-hati. Mika lalu mati. Mika sudah habis. Tidak ada.
Aku mencari orang lain untuk kupuja. Aku mencari setiap hari.
Sial,
semakin aku mencari semakin aku merasa kosong.

Aku butuh sesuatu atau seseorang atau apapun namanya untuk kupuja.

Aku merasa tidak punya pegangan. Aku tahu sebenarnya lagi akan jatuh.

Aku mulai menangis...
Aku meminta, memohon, mengemis, agar aku memiliki sesuatu untuk dipuja.
Sial, sial, sial...
tidak ada yang mendengarku, karena aku tidak punya siapa-siapa.

Lalu aku ingat ibu.
Dalam tangisnya ibu berbicara kepada Tuhan.
Aku pinjam Tuhan dari ibu. Setidaknya untuk hari ini, agar ada yang mendengarku.

Aku berbicara pada Tuhan.
Aku menangis pada Tuhan.
Muncul harapan dari dalam diriku.
Aku berharap Tuhan ada.

Aku menjadi sering meminjam Tuhan. Ternyata aku butuh. Aku meminta Tuhan pada ibu.
Ibu bilang, aku bisa memiliki Tuhan. Semua orang BISA. Tuhan milik semua orang.

Aku belum pernah bertemu Tuhan. Sama seperti ibu. Tapi aku tidak peduli. Aku biarkan keadaan seperti ini saja.

"Tuhan, aku suka keadaan seperti ini. Tuhan bisa mendengar aku. Bisa melihat aku. Tapi aku tidak bisa melihat-MU. Rasanya nyaman. Aku tidak perlu malu lagi bercerita. Aku tahu Tuhan ada. Di suatu tempat. Aku tidak peduli di mana. Seandainya di langit, itu pasti bukan karena Tuhan pengeceut... Tapi Tuhan sangat rendah hati...
Pokoknya, aku Tuhan ada. Terima kasih Tuhan..."

Rabu, 28 Juli 2010

Cerita Mika part 8

Sabtu, 16 September 2006 @ 15.06 WIB

Pukul 23.00.
Aku terus berbaring di samping Mika.
Mika berhenti bernyanyi. Sepi... sekali.
Hingga mamanya Mika masuk ke dalam kamar untuk menyalakan tivi. Mika tersenyum. Ada film Home Alone 2 di tivi. Itu film kesukaan Mika. Aku ikut menonton bersama Mika.

Waktu itu, aku bisa merasakan nafas Mika naik dan turun. Setiap kali Kevin McAllister membuat kekacauan nafas Mika makin cepat. Aku tahu, pasti di dalam hatinya Mika sedang tertawa kencang.

Film Home Alone 2 belum selesai.
Aku merasakan Mika tidak tertawa lagi. Perasaan marah dan benci itu datang lagi. Aku marah sama Tuhan. Kenapa Tuhan ambil Mika sekarang? Kenapa Tuhan tidak mau menunggu 30 menit lagi sampai filmnya selesai?

Aku tidak bergerak.
Tetap di samping Mika.
Mataku memandang tivi. Tapi aku tidak menonton tivi lagi.
Aku bingung, aku sendirian...

30 menit kemudian.
Film Home Alone 2 selesai.
Waktu itu orang tua Mika masuk ke dalam kamar. Lalu, aku dengar suara tangisan dan keritan. Aku masih di samping Mika. Tidak ada yang berani menyentuhku. Aku tetap diam. Tidak tahu sudah berapa lama. Hingga ada yang menggendongku.
Ayahku :)
Dia membawaku pulang. Aku pasrah saja dalam gendongannya.


Tidak menangis...

malaikat buat aku


Jumat, 15 September 2006 @ 15.54 WIB

Apa yang ditinggalkan Mika buat aku ?

Mika membawa semuanya bersama kematiannya.

Tapi,
aku salah.

Mika meninggalkan teman temannya buat aku.

teman teman yang selalu menghiburku,
teman teman yang menjadi pahlawan aku,
teman teman yang membuatku percaya,
bahwa mereka tidak menderita..
tidak merasa sakit..
tidak merasa sedih..
walau AIDS ada di dalam tubuh mereka..

Mika meninggalkan teman temannya buat aku,
Mika meninggalkan malaikat malaikat buat aku,
malaikat yang banyak..
enam malaikat,
untuk menjagaku..

Yang hanya 1 orang..

sesuai fungsi ?

Kamis, 14 September 2006 @ 13.55 WIB

Aku terima e-mail dari orang yang tidak aku kenal.
Dia bilang, aku berguna sebagai manusia sesuai fungsi yang sudah Tuhan berikan.
Di luar cacat fisik aku...

Apa benar??

Bukannya itu untuk Mika??

Cerita Mika part 7

Kamis, 14 September 2006 @ 13.32 WIB

Waktu itu, sehari sebelum natal 2004.
Aku masih belum mau menemui Mika. Orang tua Mika meneleponku. Mereka berharap aku mau menemui Mika. Aku diam saja.
Tapi, ketika mereka menjemputku dan membawaku menemui Mika,
aku TIDAK menolak.

Aku melihat Mika.
Di kamar. Sendirian.
Mika tersenyum.
Aku diam saja.
Mika menyuruh aku duduk disampingnya.
Aku menurut.

Aku pandangi Mika.
Rasa benci dan marah itu datang lagi.
Tapi kali ini disertai rasa ingin menangis.
Aneh, aku ingin menangis tapi air mataku tidak mau keluar.

Aku dengar suara Mika.
Sepertinya dia bergumam. Pelan pelan aku mengerti.
Ternyata Mika berusaha bernyanyi.
Mika menggumamkan lagu "Just the Way You Are" milik Billy Koel.
Aku tetap diam.
Tapi, diam diam aku berbaring di samping Mika agar aku bisa mendengar suaranya lebih jelas.
berbaring menggunakan penyangga sangatlah menyakitkan.

Tapi, AKU TIDAK PEDULI! :)

bagaimana HIV menular

Selasa, 12 September 2006 @ 15.31 WIB

HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu :
- darah
- air mani
- cairan vagina
- air susu ibu

HIV menular melalui :
* bersenggama dengan membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari seorang HIV positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom, melalui vagina atau dubur, juga melalui mulut, walau kemungkinannya kecil)

* memakai jarum suntik bekas orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV

* menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV

* dari ibu HIV positif ke bayi dalam kandungannya waktu melahirkan, dan jika ia menyusui bayinya sendiri

malaikat yang pelupa


Selasa, 12 September 2006 @ 14.32 WIB

Mika itu malaikatku..
Tapi dia pelupa..


Mika lupa pakai sayap malaikatnya..


Sekarang Mika lagi ambil sayapnya..
Di surga..

:)

Cerita Mika part 6

Senin, 11 September 2006 @ 23.06 WIB

Perasaan benci itu berubah menjadi marah.
Aku marah sama Mika, karena dia seharusnya adalah pahlawanku.
Aku marah karena aku sangat membutuhkan dia.
Aku marah, karena dia seharusnya mendampingi aku dan bukan berbaring di tempat tidur seperti sekarang.

Aku marah sama Mika.
Aku marah sama semua orang.
Tapi aku lebih marah lagi sama Tuhan.
Kenapa Tuhan jahat?
Seharusnya yang Tuhan bikin sakit itu remaja-remaja jahat yang selalu menghina penyanggaku.
BUKAN Mika!!
Aku merasa marah sama keadaan ini.
Aku bingung.
Aku tidak tahu harus bagaimana.
Aku jadi menyesal. Kenapa aku harus bertemu Mika?
Kalau aku tidak pernah bertemu dengannya, aku akan tetap sendiri seperti dulu. Itu lebih baik daripada seperti ini.

Waktu itu awal Desember 2004.
Mika ingin berbicara kepadaku.
Dia bilang, aku tidak boleh jadi pacar dia lagi.
Dia bilang, dia mau pergi dan aku tidak boleh ikut.
Rasa benci dan marahku semakin besar. Karena aku tahu Mika BOHONG.
Mika bahkan tidak bisa turun dari tempat tidurnya tanpa bantuan. Mana mungkin dia bisa pergi?
Waktu itu, aku pulang ke rumah dan tidak mau keluar dari kamar.
Aku lepas penyanggaku. Aku tidak tahan dengan rasa sakit di tubuhku. Aku pikir, rasa sakit itu berasal dari tubuhku yang tertekan penyangga.
Namun, ternyata bukan.
Ini bukan karena aku memakai penyangga.
Tapi ini karena MIKA.

Aku menjadi semakin benci dan marah sama Mika.

Cerita Mika part 5

Rabu, 6 September 2006 @ 15.32 WIB

Waktu itu, Agustus 2004. Perasaanku sama Mika masih tetap sama. Tapi Mika berubah. Sorot mata optimisnya sekarang jadi melemah.
Mika terlihat seperti kelelahan.
Lelah pada sesuatu.
Aku tidak tahu apa.
Lalu, aku menyadari bahwa aku semakin kuat dan Mika menjadi semakin lemah. Aku tidak suka keadaan seperti itu. Mika adalah pahlawanku. Seharusnya dia yang lebih kuat. Bukan aku! Aku tidak suka menjadi kuat. Muka tetap selalu ada untuk aku. Tapi, dia bukan Mika yang aku mau.

Mika bilang, aku tidak boleh merasa jadi yang paling sakit. Karena kalau aku merasa seperti itu, aku tidak akan punya keberanian untuk menolong orang lain. Aku tidak mau dia bilang begitu karena membuatku merasa tidak aman.
Mika seharusnya membuatku merasa aman.

Waktu itu September 2004.
Aku jadi benci sama MIka.
Aku benci melihat dia sakit.
Aku benci melihat dia lemah.
Aku benci melihat dia menggaruk lukanya dan tahu bekasnya tidak akan pernah hilang.
Aku benci kalau dia butuh bantuan untuk sekedar ke toilet.
Aku benci kalau harus melihat Mika seperti itu..

Cerita Mika part 4

Rabu, 6 September 2006 @ 14.16 WIB

Hidupku terasa semakin mudah. Sebelum Mika datang, aku selalu berharap agar hari cepat berlalu. Tapi, setelah ada Mika, satu hari rasanya sangat cepat berlalu. Karena hidup menjadi sangat mudah untukku. Hanya ada aku dan Mika dan teman-temannya yang baik. Aku tidak peduli lagi dengan remaja-remaja jahat yang sering kali mengejek penyangga punggungku.
Kemarahan orang tuaku kepada Mika semakin besar.
AIDS itu salah besar. Mereka mengatakan itu lagi. Waktu itu aku mengatakan kepada orang tuaku, bahwa merekalah yang salah besar. Karena mereka tidak bisa memberi alasan bagus, mengapa mereka melarangku berpacaran dengan Mika. Tidak ada yang bisa mengubah hubunganku dengan Mika. Aku tetap menganggap Mika sebagai pahlawan.

Waktu itu tahun 2003.
Mika memberiku sebuah cincin.
Aku tidak yakin itu terbuat dari emas atau bukan. Mika bilang, cincin itu dia dapat dari kupon supermarket mamanya. Aku pakai cincin itu di jari manis. Tapi, Mika bilang tidak usah. Karena nanti cincinnya bisa luntur. Mika memberiku rantai kalung. Dia memasang cincin itu sebagai liontinnya. Aku pakai kalung itu setiap hari. Aku merasa bangga.

Aku pacarnya Mika.
Mika itu pahlawanku.

Waktu itu,
aku dan Mika mencari CD bekas. Mika bertemu dengan salah seorang teman lamanya. Teman lamanya menyebutku pelacur karena mau berpacaran dengan Mika. Mika sangat tersinggung. Mika memukul teman lamanya hingga hidungnya berdarah. Aku ketakutan. Tapi, Mika bilang, si teman memang pantas diperlakukan seperti itu.

Aku PERCAYA sama Mika!!! :)

Cerita Mika part 3

Selasa, 5 September 2006 @ 15.00 WIB

Mika mengisi kehidupanku yang hitam putih dengan penuh warna. Mika adalah penghubungku dengan dunia luar. Hal pertama yang dilakukan Mika untukku adalah, dia mengenalkanku kepada teman-temannya. Mika memaksaku untuk bergaul dengan mereka. Biasanya Mika akan sedikit menjauh dan membiarkan aku untuk memulai percakapan. Sangat sulit dan menakutkan bagiku untuk memulainya. Tapi, aku tidak bisa menolak keinginannya. Aku terlalu menghormatinya. Apapun yang bisa kulakukan agar membuatnya senang, akan kulakukan.

Mika melakukan hal yang sama juga untukku. Seumur hidup, aku belum pernah berlari. Dokter melarangku. Katanya, itu bisa membuat tulang belakangku semakin parah dan semakin sulit untuk dikoreksi.
Tapi Mika adalah laki-laki yang optimis. Dia selalu yakin, bahwa ada yang bisa dia lakukan untukku agar aku bisa berlari.
Waktu itu Mika menggendongku di punggung. Lalu, dia berlari secepat dia bisa. Menakutkan rasanya. Aku memeluk tubuhnya sangat erat. Mika menggenggam tanganku. Aku merasa aman. Tubuhku berguncang di atas punggung Mika. Aku membayangkan kaki Mika adalah kakiku. Aku berlari!! Rasanya nikmat sekali.

Aku merasakan angin bertiuo menerpa wajahku.
Menyenangkan...
Penyangga di punggungku menggesek-gesek kulitku. Pedih rasanya. Tapi aku tidak peduli.
Mika menurunkanku dari punggungnya. Aku tertawa sangat kencang. Aku merasa puas dan tanpa batas. Mika memandangiku dengan bangga. Dia berhasil membuktikan bahwa pasti ada cara untuk membuatku berlari.
Mika membuktikan bahwa dokter itu salah..

Mika sudah jadi Pahlawan

Senin, 4 September 2006 @ 22.02 WIB

Selama ini, aku selalu menganggap Mika sebagai pahlawan. Mika lah yang bisa mengubah aku seperti sekarang. Ingin rasanya aku mendengar orang lain mengatakan bahwa Mika adalah pahlawannya juga.

Mendengar dari orang tuaku? Tidak mungkin.
Mereka terlanjur menganggap Mika sebagai beban penambah. Cita-cita mereka untukku terlalu tinggi. Mereka bermimpi anak perempuannya menjadi seorang model. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Aku mengalami cacat tulang belakang. Vonis dokter mengatakan bahwa aku tidak bisa bertambah tinggi lagi. Itu sudah merupakan beban bagi mereka.
Ditambah Mika? Itu adalah beban tambahan.

Tapi, akhirnya aku menemukan seseorang yang menganggap Mika sebagai pahlawan. Avri namanya. Dia belum pernah bertemu Mika sebelumnya.
Tuhan menunjukan keajaibannya, secara tidak sengaja.
Avri menemukan catatanku tentang Mika.
Avri mengatakan kepadaku, setiap kali dia merasa bersedih, dia selalu membaca cerita Mika hingga kesedihannya hilang.
seperti dopping semangat yang terus menerus, itu kata Avri.

Lihat Mika, kamu pahlawan sekarang..* !!!

Cerita Mika part 2

Sabtu, 2 September 2006 @ 19.51 WIB

Aku memang masih polos, tapi aku yakin dengan apa yang aku lakukan.
Hari pertama aku berpacaran sama Mika, dia memberi tahuku bahwa dia sedang sakit. AIDS, itulah penyakitnya. Aku tidak tahu banyak tentang penyakit itu, tapi aku benar-benar yakin sama keputusanku waktu itu.
Orang tuaku menganggap keputusanku sangat bodoh.
AIDS adalah salah besar. Itu kata mereka.
Tapi, tidak ada yang bisa mengubah keyakinanku. Aku merasa Mika adalah laki-laki yang jujur. Sepertinya tidak mungkin ada seorang laku-laki yang mengakui dirinya terjangkit virus HIV/AIDS di hari pertama berpacaran, kalau dia bukan laki-laki pemberani dan jujur.

Sejak hari itu, aku merasa menjadi remaja yang paling beruntung. Mika adalah pahlawanku. Dia selalu ada kalau aku butuh bantuan. Dia selalu bersedia mendengar ceritaku. Aku sangar menghormati Mika. Bahkan, tidak pernah sekalipun bertanya kepadanya dari mana dia bisa mendapatkan AIDS. Bagiku itu tidak penting. Hidupku bergantung kepadanya. Aku tidak bisa hidup tanpa Mika.. :)

Cerita Mika part 1

Sabtu, 2 September 2006 @ 18.33 WIB

Namaku Indi. Ini adalah tulisan pertamaku.
Ini tentang Mika,pacarku.
Maaf, mungkin ceritaku sedikit membosankan untuk kalian. Tapi aku sudah berjanji kepada Mika, jika aku sudah siap, aku akan berbagi cerita ini kepada kalian.

Namanya Mika. Aku bertemu dengannya ketika aku berusia 15 tahun. Waktu itu, aku adalah seorang remaja yang pendiam, polos, dan tidak percaya diri, Sedangkan Mika, waktu itu berusia 22 tahun. Sangat percaya diri dan menyenangkan.
Kepribadianku yang terbentuk sangat pasif, bukanlah tanpa alasan. Aku terlahir dengan cacat tulang belakang. Agar bisa berdiri tegak, dokter memasangiku sebuah penyangga yang menyiksa. Penyangga yang dipasang sepanjang punggun sampai sebatas leher. Penyangga yang harus dipakai sampai tulangku berhenti tumbuh. Sulit rasanya bisa menemukan teman-teman seusiaku yang bisa menerima keadaanku saat ini. Itulah yang membentuk kepribadian pasifku.

Mika.
Dia terlihat sangat kuat. Badannya tidak besar apalagi berotot. Dia berbadan kurus dengan tulang pipi yang menonjol. Dia terlihat kuat karena sorot matanya slalu memandang optimis.
Waktu Mika memintaku jadi pacarnya, aku langsung menerima. Aku tidak tahu mengapa. Mungkin karena aku begitu polos, atau mungkin karena aku mencintainya. Sulit memastikan perasaanku waktu itu. Karena waktu itulah pertama kalinya ada seorang laki-laki yang memintaku untuk menjadi seorang pacar..

waktu aku sama mika :)


Ini sebuah novel kecil boleh dibilang,
karena hanya sedikit jumlah halaman yang dibuat..

walau sedikit,
namun di tiap halaman mengandung kalimat-kalimat,
yang menurutku sangat jujur dan bermakna.. :)

sebuah diary kecil dari seorang INDY,
seorang perempuan penyandang skoliosis (kelainan tulang belakang yang membelok ke samping)
akan hidupnya yang berwarna,
yang membuatku kagum,
yang membuatku merinding saat membacanya,
yang membuatku ingat akan makna bersyukur akan apa yang sudah Alloh Subhanahuwata'ala berikan..
*namun dalam hal ini agama kami berbeda,
tak masalah :)


sungguh menginspirasi ^^

Selasa, 27 Juli 2010

ibu :)



Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Kupandangi seragam berdiri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

Kata mereka diriku s'lalu dimanja
Kata mereka diriku s'lalu ditimang

Nada-nada yang indah
S'lalu terurai darimu
Tangisan nakal bibirku
Tak 'kan jadi deritamu

Tangan halus dan suci
T'lah menangkap tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan

Kata mereka diriku s'lalu dimanja
Kata mereka diriku s'lalu ditimang

Oh Bunda ada dan tiada
Dirimu 'kan selalu ada di dalam hatiku

Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

Kata mereka diriku s'lalu dimanja
Kata mereka diriku s'lalu ditimang

Oh Bunda ada dan tiada
Dirimu 'kan selalu ada di dalam hatiku...


teruntukmu ibu,
terima kasih selama 18 tahun 7 bulan ini :)
bahkan mungkin lebih lama dari itu,
kau yg mengharap kehadiranku selama 2 tahun lebih,
dan kau tidak memberiku teman lain (baca :adik)
agar kau bisa jadi teman sejatiku..

terima kasih..

Senin, 26 Juli 2010

headache


SAKIT!
astaghfirulloh >,<

bukan pusing
bukan nyengnyengan
bukan kayak biasanya :(



*bukan wajah asli :p

Kamis, 22 Juli 2010

ketemu lagi :)

assalamu'alaikum :)

alhamdulillah,,
akhirnya bisa buka blog ini lagi,
bisa mbenerin lagi ^^

afwan,
kemaren lupa nama emailnya,, hhe

semoga bisa terus menulis di sini,
menulis kehidupan baruku,
kehidupan yang benar2 berbeda dari kehidupanku sebelumnya..

semoga diberi kekuatan,
semoga diberi keselamatan,
semoga diberi berkah atas dimulainya hidup baruku ini,

jauh dari mama,
jauh dari papa,
jauh dari keluarga dekat :)

semua berawal dari sini,
dari niat dan tekadku untuk berubah,
berubah menjadi lebih baik,
jadi lebih solehah,
jadi lebih dewasa,
jadi lebih mandiri,

Bismillah :)
 
Free Blogger Templates