Senin, 16 Agustus 2010

surat untuk surga

Senin, 18 September 2006 @22.02 WIB

Dear, Mika di surga..

Mika, terima kasih ya.. Kamu sudah bikin aku bisa bantu orang..
Kamu bilang, aku enggak boleh ngerasa jadi yang paling sakit, ya?
Kamu benar, aku ternyata enggak sesakit yang aku bayangkan dulu..

Mika, sekarang aku jadi relawan di yayasan AIDS, loh..
Kamu senang nggak??
Aku juga bagiin cerita kita sama orang lain.

Kamu hebat Mika..
Sekarang,
kamu bukan cuma pahlawan buat aku saja.
Tapi, kamu pahlawan juga buat semua yang baca kisah kamu..

Mika,
di surga kamu minta apa?
Apa kamu minta malaikat-malaikat buat lindungi aku?
Ingat teman-temanmu dulu?
Mereka sekarang jadi malaikat pelindung aku, loh..
Itu kamu yang kirim??

Pokoknya,
Mika,
AKU SAYANG KAMU....
Aku enggak sempet bilang ini sama kamu dulu, ya?? Maaf..
Sampaikan terima kasih aku sama Tuhan karena sudah sampaikan surat ini sama kamu, yaaa...?


Sugar Pie Honey-mu
INDI

Senin, 02 Agustus 2010

maaaap :(


semua yang berbentuk tulisan, menulis, ngeblog, entri baru di blog tentang "Waktu Aku Sama Mika"
di PENDING dulu.. hehehe :)

karena waktu dan kondisi yang kurang memungkinkan untuk re-writenya
thx, :)

Kamis, 29 Juli 2010

aku pinjam Tuhan, ibu...


Sabtu, 16 September 2006 @ 15.45 WIB

Ibu pemuja Tuhan.
Ibu tidak pernah mengijinkan seorang pun untuk menghina Tuhan.
Ibu membela Tuhan seolah-olah sudah pernah bertemu denganNya. Aku tertawa. Bodohnya ibu. Ibu membela sesuatu yang belum pernah dia temui. Aku katakan pada ibu bahwa mungkin saja Tuhan tidak ada.
Ibu menangis.
"Aku bisa merasakan Tuhan," itu katanya.
Aku tertawa semakin kencang. Kasihan ibu. Ibu merasakan sesuatu yang belum tentu ada.
"Aku tau Tuhan ada!" ibu berteriak.
"Buktikan!!" aku ikut berteriak.

"Tuhan yang menciptakanmu,"
"Baiklah... Tapi di mana Tuhan?"
"Tuhan ada di langit agar bisa mengawasimu,"
"Baiklah... seandainya Tuhan ada di langit, mengapa Dia tidak mau turun?"
"Karena Tuhan akan menemuimu ketika waktunya tiba,"
"SALAH! Tuhan tidak mau turun karena dia pengecut!"

Ibu menangis. Dalam tangisnya aku bisa mendengar ibu berbicara.
Ibu berbicara kepada Tuhan.
Kasihan ibu...

Aku memuja Mika.
Mika adalah pacarku.
Itu lebih masuk akal daripada memuja Tuhan.
Mika benar-benar ada. Bisa aku temui kapanpun. Mika tidak pengecut.
Dia ada disampingku. Bukan bersembunyi di langit seperti Tuhan.

Mika tidak hati-hati. Mika lalu mati. Mika sudah habis. Tidak ada.
Aku mencari orang lain untuk kupuja. Aku mencari setiap hari.
Sial,
semakin aku mencari semakin aku merasa kosong.

Aku butuh sesuatu atau seseorang atau apapun namanya untuk kupuja.

Aku merasa tidak punya pegangan. Aku tahu sebenarnya lagi akan jatuh.

Aku mulai menangis...
Aku meminta, memohon, mengemis, agar aku memiliki sesuatu untuk dipuja.
Sial, sial, sial...
tidak ada yang mendengarku, karena aku tidak punya siapa-siapa.

Lalu aku ingat ibu.
Dalam tangisnya ibu berbicara kepada Tuhan.
Aku pinjam Tuhan dari ibu. Setidaknya untuk hari ini, agar ada yang mendengarku.

Aku berbicara pada Tuhan.
Aku menangis pada Tuhan.
Muncul harapan dari dalam diriku.
Aku berharap Tuhan ada.

Aku menjadi sering meminjam Tuhan. Ternyata aku butuh. Aku meminta Tuhan pada ibu.
Ibu bilang, aku bisa memiliki Tuhan. Semua orang BISA. Tuhan milik semua orang.

Aku belum pernah bertemu Tuhan. Sama seperti ibu. Tapi aku tidak peduli. Aku biarkan keadaan seperti ini saja.

"Tuhan, aku suka keadaan seperti ini. Tuhan bisa mendengar aku. Bisa melihat aku. Tapi aku tidak bisa melihat-MU. Rasanya nyaman. Aku tidak perlu malu lagi bercerita. Aku tahu Tuhan ada. Di suatu tempat. Aku tidak peduli di mana. Seandainya di langit, itu pasti bukan karena Tuhan pengeceut... Tapi Tuhan sangat rendah hati...
Pokoknya, aku Tuhan ada. Terima kasih Tuhan..."
 
Free Blogger Templates