Rabu, 6 September 2006 @ 14.16 WIB
Hidupku terasa semakin mudah. Sebelum Mika datang, aku selalu berharap agar hari cepat berlalu. Tapi, setelah ada Mika, satu hari rasanya sangat cepat berlalu. Karena hidup menjadi sangat mudah untukku. Hanya ada aku dan Mika dan teman-temannya yang baik. Aku tidak peduli lagi dengan remaja-remaja jahat yang sering kali mengejek penyangga punggungku.
Kemarahan orang tuaku kepada Mika semakin besar.
AIDS itu salah besar. Mereka mengatakan itu lagi. Waktu itu aku mengatakan kepada orang tuaku, bahwa merekalah yang salah besar. Karena mereka tidak bisa memberi alasan bagus, mengapa mereka melarangku berpacaran dengan Mika. Tidak ada yang bisa mengubah hubunganku dengan Mika. Aku tetap menganggap Mika sebagai pahlawan.
Waktu itu tahun 2003.
Mika memberiku sebuah cincin.
Aku tidak yakin itu terbuat dari emas atau bukan. Mika bilang, cincin itu dia dapat dari kupon supermarket mamanya. Aku pakai cincin itu di jari manis. Tapi, Mika bilang tidak usah. Karena nanti cincinnya bisa luntur. Mika memberiku rantai kalung. Dia memasang cincin itu sebagai liontinnya. Aku pakai kalung itu setiap hari. Aku merasa bangga.
Aku pacarnya Mika.
Mika itu pahlawanku.
Waktu itu,
aku dan Mika mencari CD bekas. Mika bertemu dengan salah seorang teman lamanya. Teman lamanya menyebutku pelacur karena mau berpacaran dengan Mika. Mika sangat tersinggung. Mika memukul teman lamanya hingga hidungnya berdarah. Aku ketakutan. Tapi, Mika bilang, si teman memang pantas diperlakukan seperti itu.
Aku PERCAYA sama Mika!!! :)
Rabu, 28 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar