Sabtu, 2 September 2006 @ 19.51 WIB
Aku memang masih polos, tapi aku yakin dengan apa yang aku lakukan.
Hari pertama aku berpacaran sama Mika, dia memberi tahuku bahwa dia sedang sakit. AIDS, itulah penyakitnya. Aku tidak tahu banyak tentang penyakit itu, tapi aku benar-benar yakin sama keputusanku waktu itu.
Orang tuaku menganggap keputusanku sangat bodoh.
AIDS adalah salah besar. Itu kata mereka.
Tapi, tidak ada yang bisa mengubah keyakinanku. Aku merasa Mika adalah laki-laki yang jujur. Sepertinya tidak mungkin ada seorang laku-laki yang mengakui dirinya terjangkit virus HIV/AIDS di hari pertama berpacaran, kalau dia bukan laki-laki pemberani dan jujur.
Sejak hari itu, aku merasa menjadi remaja yang paling beruntung. Mika adalah pahlawanku. Dia selalu ada kalau aku butuh bantuan. Dia selalu bersedia mendengar ceritaku. Aku sangar menghormati Mika. Bahkan, tidak pernah sekalipun bertanya kepadanya dari mana dia bisa mendapatkan AIDS. Bagiku itu tidak penting. Hidupku bergantung kepadanya. Aku tidak bisa hidup tanpa Mika.. :)
Rabu, 28 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar